Wednesday, 23 March 2016

Teori Penetrasi Sosial~Teori Komunikasi

Teori penetrasi sosial adalah teori yang menggambarkan suatu pola pengembangan hubungan, sebuah proses yang diidentifikasi sebagai penetrasi sosial (merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi superficial menuju ke komunikasi yang lebih intim). Keintiman yang dimaksud lebih dari sekedar keintiman fisik, melainkan juga intelektual dan emosional, hingga pada batasan dimana pasangan melakukan aktifitas bersama. Proses penetrasi sosial mencakup perilaku verbal, perilaku nonverbal dan perilaku yang berorientasi pada lingkungan. Dalman dan Taylor (1973) percaya bahwa hubungan orang sangat bervariasi dalam penetrasi sosial mereka. Mereka mengatakan bahwa hubungan bersifat teratur adan dapat diduga dalam perkembangannya.
Asumsi Teori Penetrasi Sosial
ada 4 asumsi  yang mengarahkan SPT, Yaitu :
1.      Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim.
Dalam asumsi pertama ini, hubungan komunikasi individu atau orang dimualai dari tahapan superfisial (tidak akrab) bergerak menuju pada  hubungan  yang tahapannya lebih intim. Jadi, hubungan itu bergerak melalui beberapa rangkaian tahapan. Misalnya, seorang laki-laki dikenalkan oleh temannya kepada seorang cewe. Pada pertemuan pertama itu laki-laki tersebut masih merasakan ketidaknyaman. Akan tetapi, karena itu merupakan pertemuan pertama maka laki-laki tersebut masih menganggap itu sebagai awal atau tahapan pertama dalam menjalin hubungan dan laki-laki tersebut masih memberi kesempatan. Seiring dengan waktu, dengan sendirinya rasa ketidaknyamanan itupun hilang dan hubungan dapat bergerak menuju ke yang labih intim.
2.      Secara umum perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi.
Seperti yang dijelaskan pada asumsi pertama bahwa pergerakan hubungan itu melalui beberapa tahapan, oleh karena itu, perkembangan hubungan itu tersistematis atau teratur, dan diprediksi. Misalnya, laki-laki tadi tidak akan mengenalkan orang tuanya atau menceritakan tentang pribadinya kepada cewe yang baru pertama kali dia kenal sebelum melakukan pertemuan atau kencan beberapa kali. Hubungan dapat diprediksi, seperti laki-laki tersebut sudah dapat menebak bahwa jika dia dekat dengan cewe itu maka dia harus menahan perasaannya kepada cewe lain. Atau dia sudah memprediksikan bahwa jika saya  bertemu beberapa kali lagi maka cewe tersebut akan menceritakan tentang dirinya.
3.      Perkembangan hubungan mencakup dipenertrasi (penarikan diri) dan disolusi.
Dalam perkembangan hubungan dapat terjadi dipenetrasi dan disolusi. Dipentrasi disini dapat terjadi jika dalam hubungan terjadi suatu konflik dan konflik tersebut menghasilkan disolusi (tidak adanya solusi).  Misalnya, hubungan antara dua orang individu sudah tidak sejalan lagi atau ada konflik, karena tidak adanya penyelesaian dari konflik tersebut maka salah seorang menarik dirinya dalam hubungan tersebut.
Jika salah seorang menarik dirinya keluar dari hubungan, tidak serta merta hubungan merka juga hubungan merka hilang atau hancur, tapi hanya terjadi suatu pelanggaran aturan, pelaksanaan dan harapan dalam hubungan.
4.      Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan.
Asumsi terakhir ini menyatakan bahwa pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan. Misalnya, perkenalan awal, salah seorang individu masih merasakan ketidak nyaman tapi karena pada pertemuan berikutnya, salah seorangnya lagi mulai membuka diri kepada orang tadi maka dengan sendirinya ketidak nyaman tersebut hilang dengan sendirinya dan mulai muncul keinginan untuk menenalnya lebih jauh. Jadi, keterbukaan disini dapar diartikan keterbukaan terhadap diri sendiri kepada individu lain
“Mengupas” Lapisan Hubungan: Analogi Bawang
Dalam hal ini sangat penting untuk membuka informasi mengenai diri sendiri yang tidak disadari oleh orang lain. Seperti analogi bawang, manusia memiliki lapisan-lapisan aspek dari kepribadiannya. Lapisan yang paling luar adalah citra publik (apa yang dilihat oleh orang lain). Jadi, seseorang akan membuka diri secara perlahan masing-masing lapisan kepribadian mereka. Terkadang, proses dimana keterbukaan orang lain akan mengarahkan orang lain untuk terbuka (resiprositas), sehingga dengan saling terbuka akan lebih memperdalam keintiman. Penetrasi sosial dapat dilihat dengan dua dimensi, yaitu dengan keluasan (jumlah topic yang didiskusikan dalam sebuah hubungan) dan kedalaman (tingkat keintimian yang menuntun diskusi mengenai suatu topik).
Pertukaran Sosial: Biaya dan Keuntungan dalam Berhubungan
Teori ini menyatakan bahwa pertukaran sosial melibatkan bantuan-bantuan yang menciptakan kewajiban di masa dating dan oleh karenanya membawa sebuah pengaruh mendasar dalam sebuah hubungan sosial (Blau, 1964).  Altman dan Taylor mendasarkan beberapa karya mereka pada proses-proses pertukaran sosial yaitu pertukaran sumber daya antar individu-individu dalam sebuah hubungan. Menurut Taylor dan Daltan, hubungan dapat dikonseptualisasikan dalam bentuk penghargaan dan pengorbanan, jika dalam hubungan menyediakan lebih banyak penghargaan daripada pengorbanan maka individu cenderung bertahan dalam hubungan mereka, sebaliknya  jika seorang individu percaya bahwa lebih banyak pengorbanan ketika menjalani hubungan maka disolusi hubungan mungkin akan terjadi karena pengorbanan mendorong munculnya perasaan negatif.
Tahapan Proses Penetrasi Sosial
1.      ORIENTASI: membuka sedikit demi sedikit. Tahap ini adalah tahap yang paling awal. Tahap ini terjadi pada tingkat publik; hanya sedikit mengenai diri kita yang terbuka untuk orang lain.
2.      PERTUKARAN PENJAJAKAN AFEKTIF: munculnya diri. Tahap ini merupakan perluasan area publik dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu akan muncul. Apa yang tadinya privat menjadi publik.
3.      PERTUKARAN AFEKTIF: komitmen dan kenyamanan. Tahap ini termasuk interaksi yang lebih tanpa beban dan santai (Taylor dan Daltman, 1987) dimana komunikasi sering kali berjalan spontan dan individu membuat keputusan yang cepat, sering kali dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan. Tahap ini menggambarkan komitmen lebih lanjut kepada individu lainnya; para interaktan merasa nyaman satu dengan yang lainnya.
4.      PERTUKARAN STABIL: kejujuran total dan keintiman. Tahap ini berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka yang mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi. Pada tahap ini keintiman sangat tinggi dan akan merangsang kejujuran total karena masing-masing interaktan dapat melakukan prediksi secara akurat mengenai perilaku-perilaku pasangannya. Hal ini didasari oleh keintiman yang sangat tinggi tersebut.
http://diekr fngmv

No comments:

Post a Comment