Teori penetrasi sosial adalah teori yang menggambarkan suatu pola
pengembangan hubungan, sebuah proses yang diidentifikasi sebagai penetrasi
sosial (merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu
bergerak dari komunikasi superficial menuju ke komunikasi yang lebih intim). Keintiman
yang dimaksud lebih dari sekedar keintiman fisik, melainkan juga intelektual
dan emosional, hingga pada batasan dimana pasangan melakukan aktifitas bersama.
Proses penetrasi sosial mencakup perilaku verbal, perilaku nonverbal dan
perilaku yang berorientasi pada lingkungan. Dalman dan Taylor (1973) percaya
bahwa hubungan orang sangat bervariasi dalam penetrasi sosial mereka. Mereka
mengatakan bahwa hubungan bersifat teratur adan dapat diduga dalam
perkembangannya.
Asumsi Teori Penetrasi Sosial
ada 4 asumsi yang mengarahkan SPT, Yaitu :
1.
Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim.
Dalam
asumsi pertama ini, hubungan komunikasi individu atau orang dimualai dari
tahapan superfisial (tidak akrab) bergerak menuju pada hubungan
yang tahapannya lebih intim. Jadi, hubungan itu bergerak melalui
beberapa rangkaian tahapan. Misalnya, seorang laki-laki dikenalkan oleh
temannya kepada seorang cewe. Pada pertemuan pertama itu laki-laki tersebut
masih merasakan ketidaknyaman. Akan tetapi, karena itu merupakan pertemuan
pertama maka laki-laki tersebut masih menganggap itu sebagai awal atau tahapan
pertama dalam menjalin hubungan dan laki-laki tersebut masih memberi
kesempatan. Seiring dengan waktu, dengan sendirinya rasa ketidaknyamanan itupun
hilang dan hubungan dapat bergerak menuju ke yang labih intim.
2.
Secara umum perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi.
Seperti
yang dijelaskan pada asumsi pertama bahwa pergerakan hubungan itu melalui
beberapa tahapan, oleh karena itu, perkembangan hubungan itu tersistematis atau
teratur, dan diprediksi. Misalnya, laki-laki tadi tidak akan mengenalkan orang
tuanya atau menceritakan tentang pribadinya kepada cewe yang baru pertama kali
dia kenal sebelum melakukan pertemuan atau kencan beberapa kali. Hubungan dapat
diprediksi, seperti laki-laki tersebut sudah dapat menebak bahwa jika dia dekat
dengan cewe itu maka dia harus menahan perasaannya kepada cewe lain. Atau dia
sudah memprediksikan bahwa jika saya
bertemu beberapa kali lagi maka cewe tersebut akan menceritakan tentang
dirinya.
3.
Perkembangan hubungan mencakup dipenertrasi (penarikan diri) dan
disolusi.
Dalam
perkembangan hubungan dapat terjadi dipenetrasi dan disolusi. Dipentrasi disini
dapat terjadi jika dalam hubungan terjadi suatu konflik dan konflik tersebut
menghasilkan disolusi (tidak adanya solusi).
Misalnya, hubungan antara dua orang individu sudah tidak sejalan lagi
atau ada konflik, karena tidak adanya penyelesaian dari konflik tersebut maka
salah seorang menarik dirinya dalam hubungan tersebut.
Jika
salah seorang menarik dirinya keluar dari hubungan, tidak serta merta hubungan
merka juga hubungan merka hilang atau hancur, tapi hanya terjadi suatu
pelanggaran aturan, pelaksanaan dan harapan dalam hubungan.
4.
Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan.
Asumsi
terakhir ini menyatakan bahwa pembukaan diri adalah inti dari perkembangan
hubungan. Misalnya, perkenalan awal, salah seorang individu masih merasakan
ketidak nyaman tapi karena pada pertemuan berikutnya, salah seorangnya lagi
mulai membuka diri kepada orang tadi maka dengan sendirinya ketidak nyaman
tersebut hilang dengan sendirinya dan mulai muncul keinginan untuk menenalnya
lebih jauh. Jadi, keterbukaan disini dapar diartikan keterbukaan terhadap diri
sendiri kepada individu lain
“Mengupas” Lapisan Hubungan: Analogi Bawang
Dalam hal ini sangat penting untuk membuka informasi mengenai diri
sendiri yang tidak disadari oleh orang lain. Seperti analogi bawang, manusia
memiliki lapisan-lapisan aspek dari kepribadiannya. Lapisan yang paling luar
adalah citra publik (apa yang dilihat oleh orang lain). Jadi, seseorang akan
membuka diri secara perlahan masing-masing lapisan kepribadian mereka.
Terkadang, proses dimana keterbukaan orang lain akan mengarahkan orang lain
untuk terbuka (resiprositas), sehingga dengan saling terbuka akan lebih
memperdalam keintiman. Penetrasi sosial dapat dilihat dengan dua dimensi, yaitu
dengan keluasan (jumlah topic yang didiskusikan dalam sebuah hubungan) dan kedalaman
(tingkat keintimian yang menuntun diskusi mengenai suatu topik).
Pertukaran Sosial: Biaya dan Keuntungan
dalam Berhubungan
Teori ini menyatakan bahwa pertukaran sosial melibatkan bantuan-bantuan
yang menciptakan kewajiban di masa dating dan oleh karenanya membawa sebuah
pengaruh mendasar dalam sebuah hubungan sosial (Blau, 1964). Altman dan Taylor mendasarkan beberapa karya
mereka pada proses-proses pertukaran sosial yaitu pertukaran sumber daya antar
individu-individu dalam sebuah hubungan. Menurut Taylor dan Daltan, hubungan
dapat dikonseptualisasikan dalam bentuk penghargaan dan pengorbanan, jika dalam
hubungan menyediakan lebih banyak penghargaan daripada pengorbanan maka
individu cenderung bertahan dalam hubungan mereka, sebaliknya jika seorang individu percaya bahwa lebih
banyak pengorbanan ketika menjalani hubungan maka disolusi hubungan mungkin
akan terjadi karena pengorbanan mendorong munculnya perasaan negatif.
Tahapan Proses Penetrasi Sosial
1.
ORIENTASI: membuka sedikit demi sedikit. Tahap ini adalah tahap yang
paling awal. Tahap ini terjadi pada tingkat publik; hanya sedikit mengenai diri
kita yang terbuka untuk orang lain.
2.
PERTUKARAN PENJAJAKAN AFEKTIF: munculnya diri. Tahap ini merupakan
perluasan area publik dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang
individu akan muncul. Apa yang tadinya privat menjadi publik.
3.
PERTUKARAN AFEKTIF: komitmen dan kenyamanan. Tahap ini termasuk
interaksi yang lebih tanpa beban dan santai (Taylor dan Daltman, 1987) dimana
komunikasi sering kali berjalan spontan dan individu membuat keputusan yang
cepat, sering kali dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara
keseluruhan. Tahap ini menggambarkan komitmen lebih lanjut kepada individu
lainnya; para interaktan merasa nyaman satu dengan yang lainnya.
4.
PERTUKARAN STABIL: kejujuran total dan keintiman. Tahap ini berhubungan
dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka yang mengakibatkan
munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi. Pada tahap ini
keintiman sangat tinggi dan akan merangsang kejujuran total karena
masing-masing interaktan dapat melakukan prediksi secara akurat mengenai
perilaku-perilaku pasangannya. Hal ini didasari oleh keintiman yang sangat
tinggi tersebut.
http://diekr
fngmv
No comments:
Post a Comment