ILMU
KEALAMAN DAN ILMU SOSIAL
1. Beberapa Pandangan tentang Science
Connant
dan Science, Man and Society, menyatakan bahwa masyarakat awam memandang Science sebagai aktifitas manusia yang
bekerja dalam laboratorium dan yang penemuannya memungkinkan berjalannya
industri modern dan pembuatan obat-obatan secara besar-besaran. Connant juga mengemukakan bahwa science juga merupakan serangkaian
konsep dan skema konseptual yang dikembangkan sebagai hasil eksperimen dan
observasi yang berguna bagi observasi dan eksperimen selanjutnya.
Suppe, seorang ahli fisika, berpendapat bahwa science adalah pengetahuan tentang alam (natural world) yang diperoleh dari interaksi indera dengan dunia
tersebut, dengan keterangan bahwa :
- observasi dilakukan melalui indera,
- proses observasi mengandung interaksi dua arah antara orang yang mengobservasi dan yang diobservasi.
Kemeny,
seorang ahli filsafat, mendefinisikan science
sebagai semua pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah. Metode ilmiah
sendiri merupakan siklus induksi, deduksi, verifikasi dan pencarian
terus-menerus untuk memperbaiki teori yang pada dasarnya dikemukakan secara
tentatif.
Dampier, seorang ahli sejarah ilmu kealaman, berpendapat bahwa science merupakan fenomena yang teratur
tentang alam dan studi rasional tentang kaitan antara konsep-konsep fenomena
tersebut.
M.
Goldstein dan I.F Goldstein menyatakan bahwa science merupakan aktifitas yang
ditandai oleh tiga hal :
a.
suatu penelusuran untuk mencapai pengertian, untuk memperoleh jawaban
yang memuaskan tentang beberapa aspek realitas;
- pengertian itu diperoleh dengan cara mempelajari prinsip-prinsip dan hukum-hukum yang berlaku bagi sebanyak mungkin fenomena;
- hukum dan prinsip dapat diuji dengan eksperimen.
Dalam
Encyclopedia Americana dikemukakan bahwa science
merupakan pengetahuan yang positif dan sistematis. Adapun yang dimaksud
dengan pengetahuan positif adalah pengetahuan yang dipahami oleh manusia
melalui inderanya. Dengan demikian science
atau sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui indera dan tersusun secara
sistematis.
2.
Ilmu Kealaman
Sejarah
telah menunjukkan bahwa pada mulanya yang dipelajari orang hanyalah pengetahuan
tentang alam, yakni lingkungan fisik individu yang ada di luar ataupun di dalam
diri manusia itu sendiri. Ilmu kealaman mencakup ilmu-ilmu fisik (physical sciences) dan ilmu-ilmu
biologi (biological sciences atau life
sciences).
Ilmu kealaman tersebut
mencakup antara lain astronomi, fisika, kimia, biologi, geofisika, mineralogi,
geografi, oseanografi, biokimia, mikrobiologi, biofisika, botani, zoologi.
Para
ilmuwan mensyaratkan adanya eksperimen atau pengamatan dan pengukuran dalam
ilmu kealaman. Kegiatan ini dapat digunakan untuk menguji hukum atau teori yang
berlaku dan apabila hasil eksperimen tidak mendukung hukum atau teori tersebut,
hukum dan teori itu tidak berlaku lagi, sehingga akan timbul hukum dan
teori-teori baru. Kenyataan ini menunjukkan bahwa teori dan hukum dalam ilmu
kealaman itu bersifat tentatif atau sementara.
3.
Ilmu Sosial
Pengetahuan
tentang masyarakat dan tingkah laku timbul kemudian dan dalam perkembangannya
pengetahuan ini juga dipelajari menggunakan langkah yang ilmiah pula. Dengan
demikian, pengetahuan tentang masyarakat dipandang sebagai ilmu juga.
Sebagai
makhluk jasmani rohani, manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang pemenuhannya
kebanyakan harus dilakukan bersama orang lain secara kerja sama. Kebutuhan itu
disamping berupa kebutuhan biologis juga berwujud kebutuhan emosional antara
lain kasih sayang, pengakuan, penghargaan, pengertian, rasa aman dan
aktualisasi diri. Sebagai makhluk sosial dia memiliki interelasi, interaksi
dengan anggota lain dalam masyarakat. Hubungan yang kompleks antar individu dan
kelompok dibahas dalam studi ilmu-ilmu sosial yang antara lain meliputi
sosiologi, ekonomi, psikologi, ilmu politik, antropologi budaya, sejarah,
hukum, geografi.
Dalam
mengembangkan ilmu-ilmu ini dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan
eksperimen, tetapi tidak disyaratkan bahwa eksperimen harus dilaksanakan karena
susahnya mengontrol variabel dalam penelitian sosial. Untuk memperoleh data
kuantitatif perlu digunakan statistik dengan berbagai persyaratan tertentu dan
jumlah sampel yang besar.
Data
kualitatif, disamping diperoleh dari observasi perlu digunakan angket atau
wawancara. Misalnya, wawancara harus dilakukan terhadap responden yang mewakili
kelompok masyarakat pengunjung Puskesmas tertentu untuk mengetahui kualitas
pelayanannya kepada para pasien. Dilain pihak, metode wawancara dan angket
tidak dapat digunakan dalam penelitian bidang kimia atau fisika.
4.
Ilmu Pendidikan
Pendidikan
merupakan bagian dari ilmu sosial. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional mengisyaratkan bahwa pendidikan berusaha menyiapkan
individu-individu yang bermoral, berjiwa Pancasila, berkepribadian dan berkebudayaan
Indonesia disamping mengembangkan segi kognitif individu peserta didik
tersebut. Literatur-literatur pendidikan umumnya menyebutkan bahwa pendidikan
bertujuan untuk menghasilkan manusia yang dalam perilakuknya dinilai baik oleh
lingkungannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendidikan nasional
merupakan pendidikan yang berusaha membentuk manusia Indonesia seutuhnya dengan
mengembangkan segi mental, spiritual dan intelektual seseorang secara seimbang.
Dalam
ilmu pendidikan dibahas antara lain evaluasi pendidikan, kurikulum, metode dan
pendekatan, administrasi pendidikan, serta bimbingan dan konseling. Adapun
disiplin pendidikan bidang studi seperti pendidikan fisika, pendidikan biologi,
pendidikan kimia, pendidikan bahasa dan lain-lainnya juga termasuk dalam
cakupan ilmu pendidikan tetapi memiliki bidang kajian yang spesifik.
No comments:
Post a Comment