Teori Komunikasi Edisi 9
Oleh : Littlejohn, Foss
Penerbit
|
:
| |
Edisi
|
:
|
Sembilan (9)
|
ISBN
|
:
|
978-981-4281-88-1
|
Tahun Terbit
|
:
|
2009
|
Bahasa
|
:
|
Indonesia
|
Halaman
|
:
|
572
|
Ukuran
|
:
|
19 x 26 cm
|
Dalam
buku teori komunikasi karya littleJohn-Foss edisi 9 dapat dijadikan
sebagai bahan acuan untuk mempelajari teori komunikasi. Buku ini
menyajikan materinya dalam bentuk tradisi – tradisi ilmiah
sehingga pemhaca dapat mengetahui keberagaman dan kompleksitas dari
ilmu komunikasi. Keseluruhan bab menyediakan skema penjelasan yang
sistematis ke dalam delapan ruang lingkup komunikasi,yaitu pelaku
komunikasi, pesan, percakapan, hubungan, kelompok, organisask media,
masyarakat dan budaya, disertai dengan kutipan-kutipan dari para
teoretikus komunikasi mengenai karya terkini mereka. Dalam tulisan ini
terfokus pada tradisi kritik dalam pelaku komunikasi.
Pelaku Komunikasi (Tradisi Kritik)
Teori
ini terpusat pada politik diri atau cara kita memosisikan diri
masing-masing secara sosial sebagai individu yang diberi kuasa atau yang
tidak diberi kuasa. Teori identitas politik (identity politics),
kekuatan sosial pribadi, berbagai pandangan kritis yang sama tentang
identitas dengan implikasi penting bagi pelaku komunikasi. Titik tolak
bagi teori identitas diawali pada waktu banyaknya pergerakan sosial yang
uncul di Amerika tahun 60-an, termasuk hak-hak masyarakat, kekuatan
kulit hitam, pergerakan wanita dan pergerakan kaum gay./lesbian.
Berbagai
pergerakan di atas, memiliki persamaan dalam beberapa asumsi tentang
kategori identitas yakni: para anggota kategori identitas berbagi
kesamaan analisis tentang tekanan mereka yang sama, tekanan yang sama
menggantikan semua kategori identitas lainnya, para anggota kelompok
identitas selalu menjadi sekutu satu sama lain. Ada 3 teori dalam
tradisi kritik, yang berguna dalam membantu para ahli komunikasi
memikirkan identitas dengan cara-cara yang rumit dan menantang. Yakni:
teori sudut pandang, identitas sebagai yang dibentuk dan ditampilkan
serta teori yang ganjil (queer theory).
a. Teori Sudut Pandang (Standpoint Theory)
Teori
ini mengkaji bagaimana keadaan kehidupan individu mempengaruhi
aktivitas individu dalam memahami dan membentuk dunia sosial. Permulaan
untuk memahami pengalaman bukanlah kondisi sosial, ekspektasi peran dan
definisi gender, tetapi cara khusus di mana individu membentuk kondisi
tersebut dan pengalaman mereka di dalamnya. Epistemologi sudat pandang
memperhitungkan keragamaman dalam komunikasi wanita dengan memahami
perbedaan sifat-sifat menguntungkan yang dibawa oleh wanita ke dalam
komunikasi dan berbagai cara dalam penanaman tersebut yang mereka
jalankan dalam praktiknya. Teori sudut pandang menjawab
pandangan-pandangan esensial terhadap wanita. Hal terpenting bagi teori
sudat pandang adalah ide pemahaman yang berlapis.
b. Identitas yang Dibentuk dan Ditampilkan
Teori kritik identitas (theory critical identity)
menyarankan bahwa identitas ada dalam konstruksi sosial kategeori itu
oleh budaya yang lebih luas. Kita memperoleh identitas kita dalam bagian
yang lebih luas dari konstruksi yang menawarkan identitas itu dari
berbagai kelompok sosial di mana kita menjadi bagian–keluarga,
masyarakat, subkelompok budaya dan ideologi dominan. Dengan mengabaikan
dimensi identitas–gender, kelas, ras, seksualitas–identitas ditampilkan
sesuai atau berlawanan dengan norma dan ekspektasi.Gender trouble milik
Judith Butler adalah artikulasi identitas yang kuat karena keduanya
dibentuk dan ditampilkan serta teori-teorinya memiliki pengaruh dalam
memikirkan identitas dalam kajian komunikasi.
c. Teori Queer
Secara histori, istilah queer punya beragam makna, yang mengacu pada sesuatu yang ganjil atau tidak biasa, seperti pada kata querky. Ditujukan untuk karakteritik negatif, seperti kegilaan, yang ada di luar norma-norma sosial. Asal teori queer dirujuk
pada Teresa de Auretis yang pada tahun 1990 memilihnya sebagai judul
sebuah konferensi yang ia koordinasi yang bertujuan mengacaukan kepuasan
diri akan kajian lesbian dan homo.
Sebagai kajian interdisipliner, teori queer mempertahankan
misi yang mengacaukan yang telah ditunjukkan oleh de Lauretis, dengan
sengaja untuk menggoncangkan makna, kategori dan identitas di antara
gender dan seksualitas. Teori ini berusaha membuat keganjilan,
memusingkan, meniadakan, membatalkan, melebih-lebihkan, pengetahuan dan
institusi yang heteronormative.
Dalam pendidikan, teori queer merupakan
tantanagan besar terhadap gagasan-gagasan tradisional tentang
identitas. Dalam kontradiksi dan paradoks, teori ini menemukan poin
utamanya bagi keberhasilan dan batasannya. Secara marginal dan sentral,
teori ini menawarkaan sebuah pandangan unik mengenai komunikasi, di
antara ilmu-ilmu lainnya, dengan pendiriannya yang menganggu.
No comments:
Post a Comment